Dalam perkembangan kebudayaan manusia, dari masa prasejarah sampai era manusia modern, mengalami beberapa tahapan peradaban. Pada awal peradaban kuno, manusia berkelompok dan hidup dengan cara berpindah-pindah (nomaden) dari satu tempat ke tempat lain. Kebutuhan
makanan dipenuhi dengan cara mengumpulkan buah-buahan, biji-bijian,
atau hasil pertanian lain yang dapat dimakan, atau menangkap hewan. Pada
era kebudayaan berpindah dan berburu ini, kelompok atau suku manusia
telah mengenal apa yang kita kenal sekarang sebagai teknologi cara
membuat senjata dari batu, masa kebudayaan itu dikenal sebagai zaman
batu kuno (paleotikum).
Pertanian
sebagai suatu sub sistem dalam kehidupan manusia bertujuan untuk
menghasilkan bahan nabati dan hewani termasuk biota akuatik (perairan)
dengan penggunaan sumberdaya alam dan perairan secara efektif dan
efisien dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia dan
kelestarian daya dukung lingkungan. Obyek
formal dari ilmu pertanian budidaya reproduksi dalam focus 1) budidaya;
2) pemeliharaan; 3)pemungutan hasil dari fauna dan flora; 4)
peningkatan mutu hasil panen yang diperoleh; 5) penanganan, pengolahan,
dan pengamanan hasil; serta 6) pemasaran hasil.
Sebagaimana pilihan pertama, pada
kegiatan pascapanen dan pengolahan hasil pertanian, juga tidak luput
dari pengaruh perkembangan ilmu-ilmu dasar dan ilmu teknik serta
manajemen. Teknik
kimia, dan pada perkembangan selanjutnya teknik biokimia, menjadi
landasan dari teknologi pengolahan hasil pertanian atau teknologi
proses, yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip kimia/biokimia,
fisika dalam penanganan, pengolahan, dan peningkatan nilai tambah hasil
pertanian. Hasil pertanian
(nabati atau hewani) sebagai hasil olahan sesuai penggunaannya dapat
merupakan bahan pangan untuk dikonsumsi langsung maupun bahan non-pangan
yang digunakan untuk bahan baku industri.
Bahan
pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif
dijadikan kajian sebagai obyek formal ilmu teknik dan ditopang dengan
tuntunan industri, terutama di Negara maju. Kondisi ini melahirkan subspecies atau bahkan hibrida dari teknologi proses, yaitu teknologi
pangan, yang merupakan penerapan ilmu dasar (kimia, fisika, dan
mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik (engineering), ekonomi dan
manajemen pada seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak
dipanen sampai menjadi hidangan (Anonim, 2003). Definisi lebih awal dikemukakan oleh Livingstone dan Solberg (1978) yang mengemukakan teknologi
pangan merupakan penerapan ilmu dan teknik pada penelitian, produksi,
pengolahan, distribusi, penyimpanan pangan berikut pemanfaatannya. Ilmu
terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan, meliputi
ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan
teknik proses.
Teknologi pertanian merupakan teknologi yang digunakan untuk menangani
masalah pertanian baik pada waktu pra panen maupun pasca panen. Pada pra
panen bisa digolongkan penyediaan alat-alat pertanian yang cukup,
sedangkan pasca panen berperan dalam pengolahan dan penanganan
hasil-hasil pertanian agar tetap segar dan kualitasnya tetap terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar